Senin, 27 Februari 2012



Belajar bersyukur...

Namanya Anto ( entah nama lengkapnya siapa, aku lupa karena terlalu panjang ) umurnya sekitar 9 thn saat ku tulis artikel ini, karena saat ini dia baru duduk di bangku kelas 4 SD, dia anak ke 2 dari 5 bersaudara (kalo tidak salah) yang ku dengar dia masih punya 3 adik dan masih kecil tentunya.
Setiap pulang sekolah dia selalu datang ke warung nasi milik bu gedenya ( tantenya_red ) yang lokasinya samping warung nasi milik mamaku.Dia membantu mencuci piring, mangangkut dagangan yang tak habis ke rumah, bahkan terkadang juga membantu mamaku. Dia anak yang rajin menurutku, melihat dia mengingatkanku pada masa kecilku, dulu waktu masih duduk di Sekolah Dasar, setiap pulang sekolah aku pun selalu membantu mamaku di warung. Aku pikir di jaman sekarang sudah tidak ada anak seperti itu, bahkan aku saja ketika sudah beranjak dewasa seperti saat ini terkadang malas membantu mamaku di warung, tapi semangat Anto sungguh luar biasa bagiku, demi untuk dapat upah jajan dari bu gedenya dia rela membantu di warung, karena mungkin di sekolahnya dia tidak jajan karena tidak mendapat uang jajan dari orang tuanya, padahal melihat anak-anak lain seusianya setiap pulang sekolah ganti baju pasti langsung minta uang dan lari bermain entah kemana bersama teman-teman yang lainnya, tapi tidak buat Anto…
Saat ku tanya dia hanya tersipu malu dan hanya menundukkan kepala dan
menjawab dengan suara lirih. Sambil melihat dia mencuci piring dan gelas dengan fasihnya, seakan-akan sudah seringnya dia melakukan pekerjaan itu, melihat jari jemarinya memegang gelas yang tak bisa di raihnya karena masih terlalu pendek jemarinya , melihat tangannya yang masih mungil dan belum terlalu banyak dosa harus terkena sabun colek yang bisa buat tangannya kasar…. Subhanalloh, betapa teririsnya hatiku, melihat kenyataan itu, aku pun terfikir untuk mengambil gambar dirinya, dan dia hanya terdiam saja saat ku bidik kamera Hpku padanya, mungkin karena polosnya sampai dia tak tahu kalau aku sedang memotretnya. Inilah beberapa potret-potret Anto yang begitu mengiris hati...





Belum lagi melihat sepeda mungilnya, lusuh, dekil, karatan, ban yang sudah halus dan cenderung kempes… Aku pun tak kuasa mencoba sepeda itu, dan… hoho…. Aku gembira, sambil tertawa-tertawa sendiri aku terus mengayuh sepeda itu dengan riang rasanya, karena mungkin amat sederhananya itu, meskipun dipakai pun sudah tak nyaman. Inilah gambar sepeda Anto yang menurutku tak layak pakai, namun mungkin suatu kegembiraan tersendiri baginya jika mengayuh sepeda itu, dan tak lupa aku pun ikut narsis dengan sepeda itu,,,jiaaaaaaa, agak malu juga pasang foto ini, karena Cuma pake kaos oblong dan celana pendek ajah, tapi tetep cantik khan…hahay…. ^_^V





Namun di balik semua itu, dalam hati aku langsung berharap dan menginginkan suatu saat bisa menjadi orang kaya yang dermawan, supaya bisa memberikan sesuatu yang bisa membuat dia atau anto-anto lainnya tersenyum, memberikan sedekah yang dirasa cukup. Supaya anto-anto lain di luar sana dapat merasakan masa kecil yang indah, yang seharusnya menjadi hak mereka.
Sekali lagi aku belajar dari kisah hidup seseorang, dari anak kecil berusia 9 th, sudah bisa membuatku belajar untuk lebih mensyukuri atas apa yang aku punya saat ini, dan belajar mengerti akan penderitaan orang lain, dan berbagi senyuman dengan mereka…. Subhanalloh wal hamdulillah…

Tidak ada komentar: